Maulid nabi atau muluik memiliki arti yang sangat mendalam bagi masyarakat di keempat jorong di Nagari Tuo Pariangan. Setiap 12 Rabiul awal, masyarakat di keempat jorong akan mengadakan acara yang cukup meriah. Mulai dari rumah-rumah, surau-surau hingga masjid bersuka cita menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Salah satu yang cukup unik adalah perayaan muluik di Jorong Pariangan, Nagari Tuo Pariangan.
Pada perayaan Muluik, masayarakat Jorong Pariangan menyembelih sapi dan kambing untuk kemudian dimasak bersama di halaman Mesjid Ishlah. Sapi dan kambing tersebut merupakan sumbangan dari orang tua yang mengakikahkan anaknya. Kaum pria bertanggung jawab untuk mengolah sapi dan kambing tersebut mulai dari proses penyembelihan, membersihkan, memasak bahkan hingga mengemasnya untuk nantinya dibagikan kepada seluruh warga.
Fun fact, tradisi Muluik di Jorong Pariangan selalu dilaksanakan di hari Rabu meski 12 Rabiul Awal jatuh pada hari yang berbeda. Menurut salah satu tokoh masyarakat yang kami temui di Pariangan, ini disengaja agar berdekatan dengan hari Balai atau hari pasar. Masayarakat Pariangan berbelanja di Balai Simabua yang diadakan setiap hari Senin. Hari Selasa adalah hari dimana mereka bisa mengadakan gotong royong terlebih dahulu dan Rabu adalah hari dimana mereka menyembelih dan memasak semua hewan akikah.
Jika kaum pria sibuk dengan daging, bumbu, kuali dan menjaga agar api di tungku tetap menyala, maka kaum ibu akan disibukkan dengan talam-talam mereka.
Kaum ibu berdatangan dari berbagai penjuru manjunjuang talam dari rumah mereka masing-masing. Talam tersebut berisikan aneka panganan tradisional yang disusun di atas piring-piring kecil bertumpuk didalamnya. Jenis-jenis panganan yang lazim dibawa adalah lapek, lamang, pinukuik, buah-buahan dan aneka kue kering tradisional. Setiap talam berisikan 12-13 jenis panganan. Talam-talam tersebut lalu akan disambut dan disimpan di salah satu ruangan mesjid oleh para panitia acara.
Oh ya, saat mengantar talam berisi aneka panganan di pagi hari ke Mesjid Ishlah, kaum ibu tidak lupa untuk mengenakan pakaian terbaik mereka. Baju kuruang, selendang, kerudung dan gamis aneka warna lalu lalang di Mesjid Ishlah. Siangnya saat mangantar talam kedua berisi nasi, mereka akan memakai pakaian yang berbeda. Muluik benar-benar hari istimewa yang ditunggu oleh semua warga Pariangan tentunya.
"Talam, talam, talam!" Sorak sorai anak-anak dari dalam mesjid terdengar ke halaman. Mereka sudah siap sedia duduk rapi berhadap-hadapan di dalam mesjid tertua di Nagari Tuo Pariangan tersebut. Masing-masing membekali diri dengan sebuah kantong plastik aneka ukuran. Amak, Ibu, Ama, etek, ante, nenek, niniak dan urang Siak tampak mendampingi mereka dan sesekali menyerukan agar mereka bersabar.
Tidak lama kemudian satu persatu talam dibawa masuk dan disusun di hadapan mereka. Setelah talam tersusun rapi, urang siak akan memberikan aba-aba untuk membuka talam. Dalam hitungan detik, semua makanan di atas talam ludes. Berpindah ke kantong plastik milik anak-anak. Orang dewasa menonton dengan senyum dan tawa menghiasi wajah mereka.
Begitulah tradisinya. 'Bacirabuik' isi talam menjadi tradisi yang paling ditunggu setiap tahunnya. Tidak ada persaingan dan iri dengki. Semua tertawa dan menikmati makanan dari plastik masing-masing. Bahkan mereka juga saling bertukar jika ada makanan kesukaan di kantong plastik milik temannya.
Bundo Kanduang lalu mengemasi talam mereka dengan senyum puas. Semua makanan di talam telah habis. Saatnya berkemas dan pulang. Setelah Zuhur, mereka akan kembali lagi dengan talam berisikan nasi untuk kaum pria yang telah bekerja keras memasak sedari pagi.